Friday, April 06, 2007

Fenomena Cari Jodoh di PCPM 27

Pepatah Jawa mengatakan "tresno jalaran seko kulino" yang artinya cinta itu bisa tumbuh karena biasa bertemu. Fenomena ini bisa gue buktikan melalui pengamatan gue sendiri yang udah 3 x ganti kerja. Dulu di BSM juga begitu. Bayangin aja 8 bulan bareng2, pasti ada rasa biasa dan ingin ningkatinnya. Di Telkom yang actually bareng cuma 2 minggu bahakan lebih dahsyat lagi karena udah ngelahirin pasangan Bengki ama Widya di pernikahan.

Nah, sekarang yang seru lagi di BI ini. Selama pesantren, banyak gosip2 miring yang beredar di seputar kita (gue gak akan nyebutin, untuk menjaga kredibilitas ybs). Tapi karena masih belum adanya katalis antara gosip2 di pihak cewek dan pihak cowok, maka hal itu masih terpendam. Yah, kalo benar, suatu ketika pasti akan tersebar.

Kita mungkin hanya 2 bulan bareng satu angkatan. Untung aja gak kayak angkatan2 dulu yang 6 bulan bareng, BI bisa rugi nanti. tapi dari 2 bulan itu dan melihat gaya2 anak PCPM 27 tahap 2, gue sih beraliran bahwa pasti ada entar yang jadian, at least TTM kayaknya. Sekarang sih masalahnya masih saling trerbungkus ego euforia masuk institusi bonafid dan enggan mengalah, serta mahalnya denda 70 juta yang dibebankan bila keluar sebelum masa kontrak berakhir. Tapi, entar kalo terpaksa, konstrain2 itu pasti akan jebol juga. Inget, Agnes aja bilang, "Cinta ini memang tak ada logika". Jangankan konstrain materi, konstrain agama aja bisa lewat kalo bicara soal cinta. Nah urusan ini, gue gak tau apakah konsep jodoh itu emang takdir mutlak kita (kayaknya sih iya). Kalo emang iya, susah juga kalo takdir jodohnya pada pasangan yang lain agama.

Sering gue ditanya soal hal ini kalo misalnya harus terjadi ke gue. Dengan spontan gue jawab aja, "Kalo terpaksa terjadi ya cari yang nganggur". Trus soal denda yah, mungkin itu kewajiban cowoknya yang membayar. Namun konsekuensinya si cewek yang harus keluar. Yah mungkin in emang mutlak ego gue, tapi gue punya dalih bahwa :
a. Kembali ke kodrat cewek yang harus ikut ke suami, dan
b. Yah, gaji di BI sih gue rasa berlebih untuk hidup berumah tangga secara normal.

Gue sih antusias aja mengamati pergerakan anak2. Kalo gue sendiri, sekarang ini masih suka mengamati perilaku anak2 yang pada belingsatan saling mengenal. Gue hanya berposisi sebagai pengamat dan penulis di blog aja dulu. Tapi gue tau saat yang tepat untuk masuk ke arena atau tidak sama sekali. Kata seorang pengajar, "kita dilarang menciptakan peluang untuk mencintai sesama pegawai". Karena ada statement begitu, jawaban gue, "Gue tidak menciptakan peluang tapi suatu kepastian yang bernilai mutlak 100% atau 0%". Gue tunggu aja perkembangan anak2 waktu samapta nanti. kayaknya bakal menarik mengamati mereka.

"Itu hanya opini bodoh gue. Perkara cuma jadi opini, ya bagus lah. Kalo jadi kenyataan, yah selamat bagi yang menikmati, hehe"

Element pernah bilang di salah satu lirik lagunya :
"Akan kujalani dari hati ini hanya satu yang pasti"
"Jadikan satu imajiku, satu seutuhnya di hati..."

1 comment:

  1. Anonymous8:10 am

    ternyata dimana-mana sama saja ya?
    saya tertarik berbagi cerita karena kebetulan saya punya pengalaman yang sama di institusi tempat saya bekerja sekarang.
    dua tahun lalu kita juga menjalani pendidikan yang tidak memperbolehkan kita untuk menikah diantara sesama pegawai.
    pada saat pendidikan banyak sekali peserta yang mencari jodoh, terutama dari kaum pria nya.
    ini fenomena menarik, kebetulan saya juga tertarik untuk mengamati, setelah saya pikir mungkin salah satu kondisi yang menyebabkan hal ini karena, kaum pria yang sudah mulai memasuki kehidupan mapannya sudah mulai mencari pasangan hidupnya dan mulai PD untuk melanjutkan untuk hidup berkeluarga, bagi yang sudah memiliki pasangan pada umumnya mereka menyegerakan menikah bagi yg jomblo mereka langsung sibuk mencari dan bagi yg kurang beruntung karena mungkin koleksi teman wanita di kehidupan luar kantornya sedikit mereka tertarik untuk mecari calon dari lingkungan terdekat yaitu teman2 sesama peserta pendidikannya ditambah lagi suatu hal yang baru terkadang sangat menarik.

    tapi ada satu hal disamping ini yang justru lebih menarik. yaitu fenomena yang terjadi di lingkunagn sekitar orang yang mencari jodoh tadi.
    lingkungan disekitar si subjek malah sibuk sendiri mengompor-kompori dan ikut sibuk untuk menjadi mak comblang si subjek,
    ada satu kejadian menarik yang saya amati, adalah sebut saja si A adalah seorang wanita yg sudah bertunangan dengan seorang pria yang saya tahu benar hubungan mereka serius (bukan pacaran biasa) dan Si B adalah seorang pria yang tertarik dengan si A. jelas terlihat si B berusaha mencari perhatian si A dan si A jelas merasa tidak nyaman dengan kondisi itu (jelas karena si A sudah bertunangan), saya sesaat mengamati bahwa si B merasa tidak lagi antusias mengejar si A karena dia tahu benar kondisi si A yang mempunyai hubungan serius dengan pria lain namun teman2 malah sibuk sendiri mengompor-ngompori dan malah memberikan nasehat2 kepada si B untuk pantang menyerah.
    Ini dia saat dimana saya dapat menilai ternyata ligkungan orang2 disekitar saya jauh dari dewasa (mungkin memang mereka masih muda2 dan saya yang sudah memiliki anak tergolong yang dituakan).
    ada satu hal yang mereka tidak sadari bahwa mereka berseneng-senang diatas kehidupan orang lain. mereka tidak menghargai kehidupan si A dan calon suaminya. mereka jelas terlihat meremehkan status seorang wanita yang sudah memiliki calon suami. saya kasian melihat si A sering dia curhat dengan saya karena tidak bisa berbuat apa2 dengan ketidaknyamanan ini. prinsip teman2 adalah selama belum menikah (masih pacaran) masih boleh diganggu, hal itu benar jika pacarannya tidak serius (seperti pacaran anak2 SMA) tapi ini adalah hubungan serius diantara dua manusia yang akan menikah, seorang yang dewasa mengerti benar arti sebuah pernikahan, dan proses kearah sananya. sampai suatu saat hal yang sangat tidak saya harapkan terjadi, diluar dugaan si A tidak kuat lagi menahan perasaan nya dan menangis di depan teman2. kasian dia. korban dari ketidak dewasaan sekelompok orang.
    saya harap hal ini tidak terjadi di lingkungan kerja kamu.

    ReplyDelete