Thursday, December 18, 2008

Ternyata

Kulangkahkan kakiku melompati sela kecil antara pintu busway dengan halte di bilangan Harmoni. Tuntas sudah perjalan dari busway koridor II ini dan tibalah saatnya aku harus meneruskan langkahku menuju busway koridor I. Kerumunan orang berjubel dengan 1001 aroma menyesaki antrian jurusan Blok M. Satu unit busway pun melintas dan orang-orang pun beranjak masuk ke busway tersebut. Laju orang-orang yang masuk terhenti setelah sang petugas melambaikan tangannya ke arah antrian yang menandakan para pengantri harus menunggu busway selanjutnya.

Di antara ketermenunganku menunggu busway berikutnya, aku dikejutkan oleh kedatangan si pendek dan si tinggi yang tiba-tiba melintasi tali pembatas antrian. "Hm, memang orang Indonesia susah diajak antri" gumamku. Semerbak aroma Kenzo segera melayang-layang di depan hidungku entah dari si pendek atau dari si tinggi. Busway berikutnya pun datang dan seperti biasa, ada dorongan-dorongan dari antrian di belakang. Satu per satu penumpang berebut masuk ke busway tersebut, termasuk aku, si pendek, si tinggi dan pak tua yang hampir terjatuh.

Busway pun perlahan-lahan melaju meninggalkan halte Harmoni. Di tengah berjejalnya kaum penikmat busway, pak tua sudah mulai mendapatkan tempat berdiri yang pas. Sampai di Halte Monas, pak tua pun memperoleh tempat duduk yang nyaman dari seorang penumpang yang turun di halte Monas. Sekilas pandanganku beralih, tidak sengaja mataku menangkap si tinggi dan si pendek yang ternyata tak jauh dari posisiku berdiri. Aroma Kenzo masih akrab di depan hidungku.

Selepas dari Halte BI, si tinggi menyandarkan bahunya pada si pendek. Si pendek pun akrab membelai si tinggi. Dua insan ini terlihat saling melindungi dan asyik pada dunianya di tengah kian berjubelnya pengguna busway. Satu hingga puluhan kata keluar dari mulut si tinggi yang tak jelas tertangkap oleh telingaku. Sesekali si pendek menimpalinya dengan kata-kata yang lebih singkat. Pada halte Bunderan HI, satu tempat duduk sebenarnya lowong ditinggalkan oleh mantan pengguna busway ini. Namun si pendek ragu untuk mendudukinya dan dia tetap memilih berpelukan dengan si tinggi.

Begitu lampu hijau menyala di bunderan HI, busway pun perlahan melaju melewati air mancur HI dan menuju Tosari. Di halte Tosari kerumunan orang kian bertambah, namun 'keintiman' si pendek dan si tinggi tak berkurang. Hingga si mbak-mbak tukang suara busway berujar, "Halte Berikutnya... Dukuh Atas, Periksa kembali barang bawaan Anda dan hati-hati melangkah". Si pendek dan si tinggi pun bergegas untuk bersiap-siap turun dan saling bergandengan. Hm... Indonesia akhirnya terlanda oleh hal-hal yang baru . Sayang si pendek dan si tinggi harus turun duluan. Padahal otakku belum sepenuhnya dapat mencerna dan menyimpulkan akan kejadian antara halte Harmoni dan Dukuh Atas tadi. Neuron otaku yang mungkin awam hanya jatuh pada satu kesimpulan kecil bahwa, "Ternyata si pendek dan si tinggi itu pasangan sejenis".

No comments:

Post a Comment