Thursday, September 15, 2011

Yang Besar untuk si Besar

Awal Juni lalu gw dapat penugasan ke Ulaanbataar, Mongolia. Sangat tertarik sekaligus juga waswas karena Mongolia termasuk negara yang masih merangkak ekonominya dan masih banyak kejahatannya. Ciri khas orang Mongol adalah berbadan besar, tinggi khas Jengis Khan dan bahasanya adalah bahasa Mongol dengan intonasi suara keluar dari kerongkongan. Satu buktinya adalah ada seorang cewek berprofesi penjahit di sana dan bila dijajarkan, gw hanya setinggi sikut dia padahal tinggi gw 172 cm!
Ternyata penyebab bibit tinggi pada orang-orang Mongol ini terjawab kala gw dan temen-temen lainnya melakukan ritual makan di restoran. Dengan susah payah kita menerangkan menu pilihan kita ke pelayan resto. Indikator pesanan sudah dimengerti adalah kata "aaahhh" dari pelayan itu. Agar tidak gambling, kita pilih menu ayam potong dan kita bertanya, "How much pieces for this chicken menu?". Pelayan,... mikir dulu. Kita tanya lagi "seven?" sambil menunjukkan angka tujuh dengan jari. "Aaaahhh" kata pelayan, oo berarti mengerti. Akhirnya datanglah menu ayam tersebut yang kita keroyok berempat. Sambil ngobrol dan makan ayam kita perhatikan bangku sebelah. Cowok Mongol yang posturnya gede berduaan sama cewek (mungkin pacarnya) dan pesan menu ayam 7 potong itu. Menu pun datang ke meja mereka. Menit demi menit berlalu, eh 7 potong ayam itu abis dong oleh cowok itu aja. Sedang kita orang Indonesia menu ayam 7 potong itu kita keroyok berempat.
3 hari ke depan kita tes lagi ke resto No Maden. Searching pelan-pelan kita temukan menu kambing bakar dan nasi yang pada note diterangkan menu ini untuk 2 orang. Kita tetap berempat dan memesan menu kambing bakar itu. Pas datang, tarataaaaa kambingnya muter se loyang besar dan di dalamnya full dengan nasi. Dengan penuh perjuangan kita habiskan berempat tapi sampai separuh perjalanan kita sudah kibarkan bendera putih dan berjanji kalau pulang di Indonesia 3 minggu gak akan makan kambing. Ternyata memang yang besar itu sangat cocok untuk si besar. Maklum suhu udara bisa ekstrim sampai minus 40 derajat celcius. Jadi mungkin menu besar itu berguna untuk menahan hangat. Dan satu hal yang pasti jadi moto mereka, "Human eat beef and animal eat plant" makanya orang Mongol suka makan daging daripada sayuran.

No comments:

Post a Comment