Nyampe Kamboja, gw gak terlalu panik karena liat kontur jalannya rasanya gak berbelit2. Selain itu penamaan jalan yang menggunakan nomor urut (misal 111th street) membuat gw lebih gampang menyusuri jalan. Hanya jalan gede yang dinamai bukan dengan nomor, seperti Sihanouk Boulevard dan Charles de Gaule Boulevard. Kamboja memberlakukan dual currency y[Ph
Objek yang gw sasar pertama adalah National Museum dengan biaya USD 3. Museum ini berisikan arca2 yang ditemukan di seantero Kamboja seperti Seam Reap dan Phnom Penh. Kebanyakan merupakan peninggalan agama Hindu dan banyak yang menggambarkan patung Siwa, Wisnu dan Brahma. Namun, patung2nya banyak banget yang sudah cacat. Yah masih bagus Museum Nasional (d/h Museum Gajah) lah. Beranjak dari National Museum, gw susurin sisi luar Royal Palace yang merupakan kediaman raja Kamboja. Biasalah sedikit foto2 narsis di depan gerbang (berhubung gw sebatang kara ke sananya jadi semua do it by myself, hehe).
Abis itu gw harus naik tuktuk seharga USD 10 untuk kliling ke Killing
Field-nya era Pol Pot plus jalan2 ke kota. Sebenarnya kalo naek bus biaya cuma USD 3, tapi waktunya ga bersahabat. Bus hanya ada jam 9 a.m, 12 a.m dan 2 p.m. Nuansa mistis udah tercium kala memasuki gerbang Killing Field. Dalam lemari digeletakkan entah berapa ratus tengkorak manusia hasil pembantaian dan itupun disusun dalam beberapa lantai. Di bagian bawah lemari tengkorak ada bekas2 pakaian korban yang konon pada waktu evakuasi harus dibersihkan dulu dengan deodorant untuk menghilangkan bau anyir. Di lahan ini juga diberikan denah mengenai tempat eksekusi para korbannya. Dan korbanya pun bervariatif dari turis, penyanyi, menteri, petani hingga orang kaya pun ada.[Photo]Dari Killing Field gw lanjutin ke toko souvenir trus cari penginepan. Akhirnya dapat Capitol Guest House seharga hanya USD 5.
Abis itu gw harus naik tuktuk seharga USD 10 untuk kliling ke Killing
No comments:
Post a Comment