Tuesday, December 12, 2006

Pencairan Taspen 2

Hari jun'at lalu, dengan semangat 45 aku pagi2 naek busway. Tujuannya jelas 1 hal, agar tidak harus antri di Taspen. Di loket busway, kubeli tiket seharga Rp 3500 dengan 3 lembar 1000an, 3 keping ratusan putih dan 4 keping 50an putih. Eh, si mbak penjaga loket bilang, "Gak ada duit yang lain, mas?". Dengan sewot kujawab, "Gak ada, mbak". Dia langsung 'membuang 50an ke kotak yang ada di sebelah kananya. Dalam hati gue mikir, perasaan gue mbayar dengan uang pas dan resmi berlaku di Republik Indonesia. Yah, setelah kupikir panjang, orang Indonesia kadang gak pernah menghargain duit kecil. Padahal kurang 1 keping 50 aja, gue pasti gak boleh naik busway. Di sisi lain, Indonesia mempunyai mata uang terbanyak. Pertama jelas rupiah. Kedua sen, Ketiga bisa mentos, kiss, hexos dan masih banyak yang lain.

Seperti biasa abis naik koridor I oper di harmoni ganti busway jurusan Harmoni. Nyampai halte Pasar Cempaka Mas jam 8 kurang. Eh masih ada senam. Ya udah gue jalan2 dulu. Pas senam selesai, gue masuk loket 9. Tak ada kartu antri, tak ada prosedur. Gue duduk masih sepi dan nomor 2 di belakang seorang ibu. Eh setelah 15 menit, banyak 'penerombol' yang masuk ke kasir. Untungnya si kasir selalu bilang nanti dipanggil. Akhirnya terjadilah proses pemanggilan. Kok gue gak dipanggil2. Gue langsung mendekati kasir, memberikan nota gue. Pas ngasih itu, ibu yang kemarin memproses berkas gue datang. "Mas, ke loket 1 aja dulu" pinta dia.

Akhirnya dia ngobrol kalo selalu gagal nelpon flexi dan gsm gue. Dia bilang berkas gue masih nyangkut di Taspen. Karena Taspen harus confirm dulu ke telkom pusat tentang tabel gaji jenis mana yang harus dipake. Nanti katanya si ibu menghubungi gue lagi kalo udah kelar.

= Ending petualangan pencairan Taspen hari kedua =

No comments:

Post a Comment