Kopaja atau kompatriotnya Metro Mini identik dengan ketidaknyamanan bagi penggunanya. Ulah ugal-ugalan sopirnya yang identik dengan manuver di jalanan padat sering mewarnai kericuhan ibukota negara kepulauan ini. Belum lagi faktor tangan2 jahil yang suka menaruh tanganya tidak pada tempatnya sendiri menyebabkan rasio return penghematan biaya dengan risiko keamanan menjadi lebih kecil daripada 1.
Namun, fakta antagonis pernah juga terjadi waktu gw naik di Kopaja jalur 19. Senin kemarin sepulang magang, penumpang busway yang terlihat sudah berdesakan di halte Gelora Bung Karno, membuat gw berpaling ke si kotak hijau Kopaja. Lebih lagi Kopaja 19 sekarang suka melewati jalan Kebon Sirih yang dapat memperpendek jarak tempuh gw ke kosan.
Terbilang 5 menit berlalu, satu unit Kopaja 19 pun menghampiriku. "Sarinah... Tanah Abang...", ujar sang kernet mencoba memasarkan jasa transportasinya. Gw lantas mengacungkan ibu jari sebagai pertanda gw akan menyetujui ide pemasaran Kopaja itu dan akan menggunakan jasanya. Satu per satu muka-muka baru hadir dari pintu depan dan belakang Kopaja.
"Sarinah... Tanah Abang..." si kernet tetap gigih memasarkan produknya waktu Kopaja menghampiri bilangan Benhil. Sejumlah penumpang pun turun dari Kopaja itu dan seperti biasa ojek di seberang jalan berebut rejeki dari eks penumpang Kopaja 19 tersebut. Menyusuri kawasan Karet, sekali lagi iterasi pemasaran itu terjadi dari mulut sang kernet. Begitu pula saat Kopaja merapat ke Dukuh Atas dan Bunderan HI. Saat merapat ke Sarinah, soundtrack pemasaran sang kernet berubah menjadi, "Jatibaru... Tanah Abang...".
Raut muka sang kernet yang begitu tabah namun gigih untuk mendapatkan calon pengguna baru, membuat gw begitu menikmati perjalanan malam itu. Lebih lagi terikan, "ayo... buruan-buruan.." tak sekalipun mampir ketelinga gw malam itu. Gw sempat berpikir, "Andaikan semua kernet seperti dia, si kotak hijau ini akan sedikit lebih nyaman". Panasnya temperatur mesin Kopaja dapat sedikit terejam oleh laju keikhlasan dan kesabaran sang kernet tersebut. Tetaplah sabar, Pak dalam mengarungi hidup di ibukota ini. Semoga Bapak selalu memperoleh kelebihan rejeki dari jasa transportasi yang Bapak tawarkan.
Saturday, May 02, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
buseeet langsung dua postingan ya...ckckck...
ReplyDeletengejar setoran cuy.. mumpung online. Yang satu dah lama dipendam, baru bisa dikeluarin, hehe
ReplyDelete